Di sebuah desa kecil di pinggir hutan, hiduplah seorang pemuda bernama Arka. Ia dikenal pendiam dan jarang keluar rumah. Orang-orang desa menganggapnya aneh karena ia sering masuk ke hutan seorang diri tanpa tujuan yang jelas.
Suatu malam, saat bulan purnama menggantung di langit, Arka memutuskan untuk kembali masuk ke hutan. Namun, kali ini ia membawa sebuah lentera kecil dan sebuah buku tua berisi peta kuno. Peta itu diwariskan oleh almarhum kakeknya, yang selalu bercerita tentang "Cahaya Abadi" di dalam hutan—sebuah cahaya misterius yang konon bisa mengabulkan permintaan siapa pun yang menemukannya.
Arka mengikuti petunjuk dalam peta itu dengan hati-hati. Ia berjalan melewati akar-akar besar, menyeberangi sungai kecil, dan menghadapi suara-suara aneh yang membuat bulu kuduknya meremang. Setelah berjam-jam berjalan, ia tiba di sebuah pohon besar yang bercahaya lembut seperti lilin. Di depan pohon itu, sebuah pintu kecil terbuat dari batu muncul.
Dengan penuh rasa penasaran, Arka mendorong pintu itu dan masuk ke dalam. Ia mendapati sebuah ruangan penuh dengan kristal-kristal bercahaya. Di tengah ruangan, berdiri sebuah bola cahaya yang melayang-layang. Suara lembut terdengar dari bola itu, "Apa yang kau cari, wahai pengembara muda?"
Arka terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara bergetar, "Aku ingin tahu apa tujuanku di dunia ini. Aku selalu merasa tak berarti."
Bola cahaya itu bersinar lebih terang, lalu suara itu menjawab, "Arka, tujuanmu adalah membawa terang ke dunia ini, sama seperti kau membawa lentera ke dalam kegelapan. Beranilah bermimpi dan berbagi dengan dunia. Saat kau mulai percaya pada dirimu, cahaya itu akan menyebar."
Tiba-tiba, ruangan itu memudar. Arka tersadar, ia sudah berada di tepi hutan. Lentera kecil di tangannya kini menyala dengan terang, lebih terang dari sebelumnya. Sejak malam itu, Arka berubah. Ia mulai berinteraksi dengan penduduk desa, membantu mereka, dan menginspirasi banyak orang. Lentera yang ia bawa menjadi simbol harapan, mengingatkan semua orang bahwa cahaya ada di dalam setiap diri mereka.
0 comments:
Posting Komentar