Selasa, 21 Januari 2025

Bayangan di Balik Cermin


cr: pinterest

Di sebuah kota kecil yang tenang, ada sebuah rumah tua yang telah lama ditinggalkan. Rumah itu terkenal dengan cermin besar yang tergantung di ruang tamu. Penduduk desa percaya bahwa cermin itu bisa memperlihatkan sesuatu yang seharusnya tidak dilihat manusia—bayangan dari dunia lain.

Suatu hari, seorang gadis bernama Aira, yang baru pindah ke kota itu, mendengar cerita tentang rumah tua tersebut. Rasa penasarannya yang besar membuatnya nekat mendatangi rumah itu seorang diri.

Saat Aira memasuki rumah, debu tebal memenuhi udara. Cermin besar itu berdiri di tengah ruangan, memantulkan bayangan samar dari sinar matahari yang masuk melalui celah-celah jendela. Aira mendekat, menyeka debu yang menutupi cermin itu, dan menatap pantulannya.

Namun, ada sesuatu yang aneh. Bayangan di dalam cermin tidak sepenuhnya meniru gerakannya. Saat Aira tersenyum, bayangan itu hanya menatapnya dengan dingin.

“Siapa kau?” Aira bertanya dengan suara bergetar.

Bayangan itu membuka mulutnya, namun suaranya terdengar seperti berbisik dari jauh. “Aku adalah dirimu yang lain, Aira. Aku berasal dari dunia di balik cermin. Di sini, semua keputusan yang tidak kau ambil menjadi nyata.”

Aira terpaku. Ia melihat bayangan itu mengulurkan tangan, menunjukkan gambaran-gambaran dari masa lalunya—kesempatan yang ia lewatkan, mimpi yang ia tinggalkan, dan orang-orang yang ia abaikan.

“Apakah kau ingin melihat hidupmu jika kau mengambil jalan yang berbeda?” tanya bayangan itu.

Aira mengangguk, dan tiba-tiba dunia di sekelilingnya berubah. Ia berada di sebuah kehidupan yang lebih bahagia, di mana ia menjadi seniman terkenal, memiliki sahabat yang selalu ia rindukan, dan menjalani impian masa kecilnya.

Namun, ada sesuatu yang salah. Di dunia ini, Aira merasa hampa. Ia tidak merasakan perjuangan atau pelajaran dari kesalahan yang dulu ia buat. Semua tampak sempurna, tapi terasa kosong.

“Aku ingin kembali,” kata Aira dengan suara gemetar.

Bayangan itu muncul lagi, tersenyum samar. “Kau telah belajar bahwa setiap keputusan, baik atau buruk, membentuk siapa dirimu. Dunia ini bukan milikmu, tapi pelajaran ini adalah untukmu.”

Sekejap kemudian, Aira kembali ke rumah tua itu. Ia menatap cermin yang kini memantulkan dirinya dengan sempurna. Tidak ada lagi bayangan aneh, hanya dirinya sendiri.

Aira keluar dari rumah itu dengan hati yang lebih tenang. Ia menyadari bahwa hidupnya, meski penuh dengan kesalahan dan penyesalan, adalah miliknya sendiri. Ia memilih untuk menghargai setiap detik yang ia jalani, tanpa lagi menyesali apa yang telah berlalu.


0 comments:

Posting Komentar