Selasa, 04 Februari 2025

Kota di Awan

 

cr: pinterest

Di sebuah dunia yang tersembunyi dari pandangan manusia, terdapat sebuah kota yang melayang di atas awan. Kota itu disebut Nebulora, tempat di mana hanya mereka yang memiliki hati murni bisa tinggal. Bangunan-bangunannya terbuat dari kristal bercahaya, jalanannya dari uap yang padat, dan langitnya selalu dihiasi oleh pelangi yang tak pernah pudar.

Di antara penghuni Nebulora, ada seorang anak bernama Aran. Aran berbeda dari penduduk lain karena ia berasal dari dunia bawah, dunia manusia. Suatu malam, ia terbangun di atas hamparan awan, tanpa ingat bagaimana ia sampai di sana.

“Selamat datang, Aran,” sebuah suara lembut menyapanya.

Ketika ia menoleh, ia melihat seorang wanita bersayap, mengenakan jubah panjang yang tampak seperti anyaman cahaya bintang.

“Siapa kamu?” tanya Aran bingung.

“Aku adalah Penjaga Nebulora,” jawab wanita itu. “Kota ini adalah rumah bagi mereka yang hatinya penuh kebaikan. Kau telah dipilih untuk berada di sini karena keberanianmu.”

Aran tidak mengerti. Ia hanya seorang anak biasa, tanpa kekuatan atau keistimewaan. “Keberanian? Apa maksudmu?”

Penjaga itu tersenyum. “Ketika badai besar melanda desamu, kau menolong seorang gadis kecil yang tersesat, meski kau sendiri ketakutan. Tindakan kecil itu membuktikan hatimu yang tulus.”

Aran mulai mengingat. Ia memang membantu seorang gadis kecil selama badai itu, tapi ia tidak pernah mengira hal itu berarti besar.

“Namun, kau belum sepenuhnya menjadi bagian dari kota ini,” lanjut sang Penjaga. “Ada satu tugas terakhir. Di Nebulora, kami memiliki Taman Harapan, tempat di mana mimpi-mimpi dunia manusia ditanam. Tugasmu adalah memilih satu mimpi untuk diwujudkan.”

Penjaga membawa Aran ke sebuah taman indah yang dipenuhi bunga bercahaya. Setiap bunga mewakili sebuah mimpi dari dunia manusia. Ada mimpi tentang kebahagiaan, perdamaian, cinta, dan kesuksesan. Tapi di sudut taman, ada sebuah bunga kecil yang hampir layu.

“Mimpi itu…” kata Aran sambil menunjuk bunga yang hampir mati.

“Itu adalah mimpi seorang anak yang ingin ibunya sembuh dari penyakitnya,” jawab sang Penjaga. “Tapi dunia manusia sering melupakan mimpi-mimpi kecil seperti itu. Jika kau memilih mimpi ini, kau harus kembali ke dunia manusia untuk mewujudkannya.”

Aran menatap bunga itu dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari bahwa jika ia memilih mimpi itu, ia tidak akan bisa tinggal di Nebulora lagi.

“Aku memilih bunga itu,” kata Aran akhirnya. “Tidak apa-apa jika aku tidak bisa tinggal di sini. Aku ingin mimpi anak itu menjadi nyata.”

Senyum hangat terukir di wajah sang Penjaga. “Pilihanmu menunjukkan siapa dirimu, Aran. Kau mungkin harus meninggalkan kota ini, tapi hatimu akan selalu menjadi bagian dari Nebulora.”

Saat Aran menyentuh bunga itu, ia merasakan tubuhnya perlahan-lahan melayang kembali ke dunia manusia. Ketika ia terbangun, ia berada di tempat tidurnya. Namun, ada sesuatu di tangannya—sebutir benih kecil bercahaya.

Dengan hati-hati, ia menanam benih itu di taman belakang rumahnya. Tak lama, benih itu tumbuh menjadi bunga bercahaya yang indah. Dan tak jauh dari sana, kabar baik datang—seorang ibu di desanya yang sakit parah mulai menunjukkan tanda-tanda kesembuhan.

Aran tidak pernah kembali ke Nebulora, tapi ia tahu bahwa kota itu selalu ada di atas awan, menunggu orang-orang berhati murni seperti dirinya untuk melanjutkan keajaiban dunia.


1 comments: