Di sebuah desa yang tersembunyi di lembah berkabut, terdapat sebuah sungai yang berbeda dari sungai biasa. Airnya tidak mengalir ke hilir, melainkan berputar seolah waktu di dalamnya berulang tanpa henti. Orang-orang desa menyebutnya Sungai Waktu, dan mereka percaya bahwa siapa pun yang menyentuh airnya bisa melihat masa lalu atau masa depan.
Alya, seorang gadis berusia 15 tahun, selalu penasaran dengan sungai itu. Sejak kecil, ia sering mendengar cerita tentang orang-orang yang melihat kehidupan mereka di masa depan, atau bahkan berbicara dengan leluhur mereka yang telah tiada. Namun, tak seorang pun berani menyentuh airnya terlalu lama—takut terperangkap di dalam waktu.
Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang, Alya memberanikan diri pergi ke sungai. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi pada ayahnya yang menghilang bertahun-tahun lalu. Dengan hati-hati, ia merendam tangannya ke dalam air yang dingin.
Sekejap, dunia di sekelilingnya berubah. Ia bukan lagi di tepi sungai, melainkan di tempat lain—hutan yang asing, dengan bayangan-bayangan hitam yang bergerak di antara pepohonan.
Lalu, ia melihatnya.
Ayahnya berdiri di tengah hutan, mengenakan jubah abu-abu dengan simbol aneh di dadanya. Ia tidak terlihat tua, seolah waktu tidak menyentuhnya sama sekali.
"Alya…" suara ayahnya menggema di udara. "Kau tidak seharusnya ada di sini."
"Ayah! Di mana ayah selama ini?" seru Alya.
Sebelum ayahnya bisa menjawab, bayangan hitam itu bergerak cepat, mendekat dengan mata merah menyala.
"Alya! Keluar dari sini sekarang!" teriak ayahnya.
Alya tersentak dan menarik tangannya dari air. Ia kembali ke tepi sungai, napasnya memburu.
Namun, tangannya kini memegang sesuatu—sepotong kain dari jubah ayahnya.
Sungai itu bukan hanya memperlihatkan masa lalu. Ia telah membuka pintu menuju sesuatu yang lebih besar. Dan sekarang, Alya tahu bahwa ia harus menemukan ayahnya… sebelum sesuatu yang lain menemukannya lebih dulu.
0 comments:
Posting Komentar