Doni baru saja pindah ke rumah kontrakan tua di pinggiran kota. Rumah itu murah, terlalu murah untuk ukuran rumah sebesar itu, tapi Doni tak mau berpikir macam-macam.
Malam pertama berjalan biasa saja, hingga menjelang pukul 2 pagi. Saat sedang tertidur, suara creeek… terdengar dari ruang tengah. Seperti suara engsel pintu yang terbuka pelan.
Doni terbangun, jantungnya berdegup kencang. Ia bangun dan mengintip ke luar kamar.
Benar. Pintu ruang tamu yang tadi sudah ia kunci… kini terbuka sedikit.
Doni menelan ludah. Mungkin angin, pikirnya. Ia pun menutup pintu itu kembali dan memastikan terkunci.
Namun, malam berikutnya, hal yang sama terjadi. Pintu itu kembali terbuka, tepat pukul 2 pagi.
Rasa takut mulai menjalar di tubuhnya. Kali ini, ia memutuskan untuk berjaga. Dengan ponsel di tangan, ia duduk di sofa menunggu hingga tengah malam.
Pukul 1:59, suasana hening.
Pukul 2:00, suara creeek… terdengar lagi.
Doni membelalak. Pintu itu terbuka pelan, meski tidak ada seorang pun di sana.
Ia segera mengangkat ponselnya, merekam kejadian itu. Namun, saat melihat layar, keringat dinginnya mengalir deras.
Di layar, ada sosok samar berdiri di balik pintu, menatapnya.
Namun, saat Doni menatap langsung ke pintu… sosok itu tidak ada.
Lampu tiba-tiba padam.
Doni tak pernah keluar dari rumah itu lagi. Namun, setiap penghuni baru yang datang selalu mengalami hal yang sama—pintu ruang tamu yang terbuka sendiri pada pukul 2 pagi.
0 comments:
Posting Komentar